Rabu, 28 Juli 2010

Belajar Atasi Rasa Takut

Belajar Atasi Rasa Takut

ekspresi ketakutanSiapa sih yang tidak pernah merasa takut atau ketakutan? Semua orang pasti mengalaminya, karena ketakutan adalah perasaan yang tidak bisa dihindari. Rasa ini selalu menyusup dalam pikiran setiap orang terhadap sesuatu yang akan dilakukan. Bahkan, rasa takut ini bisa dijadikan “warning”. Setidaknya, sebagai introspeksi diri atau persiapan diri sebelum melakukan tindakan.

Cuma, bila porsinya melampaui batas, ada kalanya ketakutan itu bisa menjadi momok yang justru lebih menakutkan, kalo tidak dikatakan membahayakan. Mengapa ?

Karena ketakutan yang berlebihan bisa membelenggu, memandulkan kreatifitas, sehingga membuat kita tidak berani melakukan sesuatu yang baru demi perubahan. Padahal, tanpa suatu langkah, tanpa suatu tindakan, jangan berharap perubahan itu akan terjadi.

Sekedar contoh, lihatlah di jalan raya. Berbagai kendaraan lalu lalang dengan aneka jenisnya; dari mulai sepeda motor, angkutan umum yang dikonotasikan ugal-ugalan, mobil-mobil mewah yang harganya ratusan juta hingga miliaran. Padahal kita tahu bahwa resiko di jalan raya terbilang tinggi, dari mulai bersenggolan antar kendaraan hingga kecelakaan lalu lintas yang beresiko maut. Diperkirakan ada saja kecelakaan lalu lintas perharinya.

Walaupun begitu, tidak pernah menciutkan para pengendara. Jumlah kendaraan terus saja bertambah, seperti halnya sepeda motor di Jakarta, yang diperkirakan angkanya lebih dari 3 juta unit, bahkan angka penjualan bisa lebih dari 1000 unit perharinya. Yang pasti akan menambah jumlah populasi kendaraan di jalan raya setiap harinya dan menimbulkan kemacetan di mana-mana.

Bisa dibayangkan jika para pengendara itu takut, maka jalan raya dijamin akan sepi, tidak akan ada kendaraan yang melintas. Tapi ketakutan mereka itu dikikis atau diimbangi dengan sikap dan tindakan kehati-hatian yang membuat mereka berhati-hati mengemudikan kendaraan sampai tempat tujuan masing-masing.

Begitu pun halnya dengan menjadi orang kaya. Sekalipun merupakan hak setiap orang, namun kenyataannya hanya segelintir orang yang mau merebut haknya sebagai orang kaya. Lainnya? Boleh dibilang mereka lebih banyak dihantui oleh ketakutan, misalnya takut miskin, takut gagal, takut menolak takdir (“saya sudah ditakdirkan miskin, jadi ya pasrah saja”), takut dicemooh orang, takut dihina orang, takut modal habis, dan sebagainya, bahkan ada juga yang takut menjadi kaya. Hasilnya, ketimbang resiko yang ditimbulkan (padahal hanya sementara), mereka akhirnya lebih baik bertahan dan berada di zona kenyamanan. Jadi, ya tidak ada perubahan sama sekali dalam kehidupannya.

Ketakutan itu sendiri, seperti dalam penelitian di University of Michigan, menyimpulkan empat hal: Pertama, 60 persen dari rasa takut sesungguhnya tidak beralasan, dan semuanya tidak pernah terjadi. Kedua, 20 persen dari rasa takut hanya terfokus pada masa lalu, yang sama sekali berada di luar kendali. Ketiga, 10 persen dari rasa takut hanya berdasar pada hal-hal kecil, sehingga tidak membuat perbedaan apapun di dalam kehidupan. Dan keempat, 10 persen sisanya, hanya 4-5 persen yang dianggap bisa dibenarkan.

Meski tidak beralasan, tapi rasa takut itu menjadi batu kerikil perintang kesuksesan. Ia tak ubahnya “monster” yang selalu membayangi setiap tindakan untuk mewujudkan sesuatu yang diinginkan. Akhirnya, seperti yang dikatakan oleh John C. Maxwell, menjadi sebuah lingkaran setan yang menggerogoti kehidupan.

Salah satunya, mari kita belajar dari Sang Ratu Talkshow Dunia, Oprah Winfrey. Sekalipun masa lalunya gelap, pernah diperkosa hingga hamil, tak membuatnya takut dengan masa depannya. Ia berani menjemput, berani membayar harga kesuksesannya, sehingga sekarang ia menjadi wanita entertainment terkaya versi majalah Forbes. Begitupun Sang Bintang Ramboo, Sylvester Stallone, yang akhirnya sekarang bisa menjadi salah satu aktor terkaya, setelah dia berani bangkit keluar dari kemiskinan yang membelenggu kehidupan keluarganya.

Dalam sejarah Islam, kita juga mengenal Nabi Muhammad yang menjadi tokoh panutan nomor satu versi 100 Tokoh terkemuka di dunia dalam bukunya Michael J. Hart. Beliau adalah tokoh yang “ummiy” atau tidak punya kemampuan tulis dan baca bahkan bukan tergolong keluarga berada. Walaupun sempat dan terkadang didera rasa takut sebagai manusia biasa, tetapi dengan keyakinan yang kuat disertai keberanian untuk membayar harganya, berani melewati rintangan, cemoohan, hinaan, bahkan nyaris dibunuh oleh lawan-lawannya, beliau mampu melewati semuanya dengan kemenangan dan kesuksesan yang gemilang, hingga sekarang Islam bisa berjaya di seluruh belahan dunia. Dan masih banyak tokoh-tokoh dunia yang bisa pelajari jejak kehidupannya, dimana mereka mencapai kesuksesan yang dinikmati banyak orang setelah mereka berhasil mengendalikan rasa takut mereka dan menjadikannya sebagai modal kekuatan menuju sukses.

Akhirnya, dari sini kita bisa belajar bagaimana cara mengatasi ketakutan dalam hidup. Orang-orang sukses juga pernah mengalami rasa ketakutan itu, namun mereka mengajarkan dan memperlihatkan kepada kita bahwa dengan keyakinan yang mendalam bahwa segala sesuatu itu bisa terwujud, bisa menjadi kenyataan, maka ketakutan itu pun bisa berubah menjadi kekuatan.

Keyakinan dalam konsep agama didefinisikan sebagai iman. Dengan iman inilah kita bisa menjalankan segala perintah Allah, melalui segala tantangan kehidupan, demi mencapai surga-Nya dan demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, sebagai sesuatu yang didambakan setiap orang dalam kehidupan mendatang. Jika diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, maka keimanan yang dipadukan dengan keyakinan mendalam bahwa segala sesuatu pasti terwujud beserta keberanian mengambil sikap dan tindakan, maka apapun keinginan kita termasuk untuk meraih kekayaan, pasti akan terwujud. Ingat saja rumus ini :
Kekayaan = kepercayaan/keyakinan + iman + keberanian

Note: Arti kekayaan disini tidak sekedar kaya dalam hal materi. Jadi jangan takut kaya ya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar